Hari ini saya memenuhi rasa ingin tahu tentang penataan PKL (Pedagang Kaki Lima) di sekitar kompleks Kementerian PUPR. Sudah lama ingin ke sana karena sempat lihat ketika masih dibangun.
Sekitar 70+ PKL yang semula memenuhi trotoar dan jalur lambat secara kurang tertata di area itu dibuatkan tempat “melayang” (dinamakan “kalayang”) sehingga ruang bawah masih bisa untuk pejalan kaki dan jalur lambat dan lain-lain.
Selama pembangunan, para PKL itu ditempatkan sementara tidak jauh dari lokasi ini. Berdasarkan obrolan santai dengan beberapa pedagang tadi, mereka sempat mendapat pelatihan memasak masakan higienis, kebersihan dll, selama 3 hari di sebuah hotel terkenal. Mereka pun harus memenuhi tata tertib yang ada.






Fasilitas ini terjaga kebersihannya, ada toilet dan tempat cuci tangan. Pada saat ini semua masih gratis kecuali listrik. Mereka belum tahu apakah di kemudian hari mereka harus bayar. Tapi mereka senang dengan fasilitas baru ini. Resminya hanya buka Senin sampai Jumat, tapi alhamdulillah tadi saya dan bojo bisa mencicipi mie ayam Madura yang enak.
Keluhan bahwa pada hujan angin terkadang terjadi tampias sudah disampaikan ke Menteri PUPR dan kabarnya akan ada upaya mengatasinya.
Di seberang juga terdapat deretan warung yang sudah tertata dengan bantuan Kementerian ATR. Walau tidak semegah yang dibangun PUPR, namun tetap pantas diapresiasi. Saya dengar kompleks Kemenhub juga sedang membangun fasilitas yang sama.
Pendekatan humanis seperti ini memang pantas dicontoh oleh kompleks-kompleks perkantoran lain, baik pemerintah maupun swasta. Selain “nguwongke” para PKL yang memang berhak hidup layak juga dapat memenuhi kebutuhan karyawan yang tidak bisa setiap hari makan di resto/cafe mahal yang umumnya ada di dalam gedung kantor. Kota pun menjadi semakin indah.