Transportasi umum memegang peran vital dalam kehidupan perkotaan. Kemudahan akses dan mobilitas yang ditawarkan oleh transportasi umum membantu masyarakat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan efisien dan ekonomis. Salah satu layanan transportasi umum yang sempat mencuri perhatian adalah Teman Bus Mamminasata atau dikenal dengan Trans Mamminasata.
Awal mula Trans Mamminasata
Trans Mamminasata, bagian dari program Bus Rapid Transit (BRT), diperkenalkan dengan tujuan meningkatkan kualitas transportasi dan menjadi alternatif transportasi yang aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat di kawasan metropolitan Makassar. Layanan ini mencakup area Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar, dan diinisiasi oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub) untuk memperluas pelayanan transportasi umum dengan mekanisme buy the services (BTS).[1]
Trans Mamminasata mulai beroperasi pada tahun 2021. Sebelumnya, Kawasan Metropolitan Mamminasata sudah memiliki layanan bus kota, yaitu BRT Mamminasata yang diselenggarakan oleh Perum Damri Cabang Makassar. Namun, karena pandemi Covid-19 dan pengeluaran yang terus membengkak tanpa adanya pemasukan, BRT Mamminasata berhenti beroperasi pada tahun 2020.[2] Trans Mamminasata hadir bak angin segar dengan rute perjalanan yang melewati titik-titik kemacetan, seperti Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan A.P. Pettarani, dan Jalan Sultan Alauddin, untuk mengurai kemacetan tersebut.[3]
Kenapa Trans Mamminasata berhenti beroperasi?
Sayangnya, tidak lama setelah beroperasi, Trans Mamminasata menghadapi masalah serius terkait anggaran. Pada Januari 2024, Kemenhub menghentikan operasional koridor 3 dan 4 karena keterbatasan anggaran. Dengan subsidi sebesar 80 miliar dari Kemenhub, Trans Mamminasata hanya mampu meraup pendapatan 3,6 miliar. Tidak dapat dipungkiri bahwa manajemen anggaran yang buruk menjadi penyebab utama penghentian operasional beberapa koridor Trans Mamminasata.[4]
Salah satu masalah yang mencolok adalah kurangnya perhatian pada prasarana pendukung seperti halte bus, rambu lalu lintas, dan marka jalan. Banyak halte yang tidak layak pakai, rusak, dan tidak terawat. Bahkan, beberapa titik pemberhentian bus tidak memiliki halte yang memadai dan marka bus stop. Selain itu, jalur pejalan kaki sering dialihfungsikan menjadi tempat jualan atau tempat tinggal sementara, membuat kondisi semakin parah.[5]
Gambar 1. Kondisi halte Trans Mamminasata
Sumber: diolah dari berbagai sumber
Kondisi prasarana yang memprihatinkan jelas mencerminkan kurangnya perhatian dan tanggung jawab dari pemerintah setempat. Halte yang tidak layak pakai dan jalur pejalan kaki yang dialihfungsikan menunjukkan lemahnya pengawasan dan perencanaan kota.
Usulan untuk pengoperasian kembali
Gambar 2. Peta Rute Pemberhentian Trans Mamminasata
Sumber: hermananis.com
Jika berbicara tentang antuasias masyarakat, penikmat transportasi umum menilai puas dengan pelayanan Trans Mamminasata.[6] Ditinjau dari Gambar 2, rute perjalanan Trans Mamminasata melewati titik-titik bangkitan dan tarikan perjalanan, antaranya yaitu kawasan permukiman, pendidikan, perkantoran, perdagangan dan jasa, industri, stasiun, bandara, dan pelabuhan.
Melihat kondisi ini, mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) dan masyarakat pengguna BRT mengusulkan agar Teman Bus Mamminasata kembali beroperasi, terutama koridor 4 yang meliputi rute Kampus Teknik Unhas Gowa ke Makassar, dengan menyusun kajian akademik yang ditujukan kepada Kemenhub.[7]
Menanggapi desakan masyarakat, Kemenhub bersama dengan Pemprov Sulsel telah mengambil langkah-langkah untuk mengoperasikan kembali Trans Mamminasata. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah survei sarana dan prasarana bus untuk mengatur kembali rute perjalanan.[8]
Saran peningkatan layanan
Lebih dari itu, adanya masukan dari mahasiswa dan masyarakat untuk terus melanjutkan operasional Trans Mamminasata seharusnya menjadi cambukan semangat kepada pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat akan transportasi umum yang aman, nyaman, dan terjangkau. Pemerintah harus memiliki komitmen kuat dan berpegang pada hakikatnya sebagai pelayan publik untuk terus memperbaiki kinerjanya. Peninjauan kembali sarana dan prasarana transportasi umum perlu disertai pula dengan penyesuaian kebutuhan masyarakat dan kondisi wilayah. Hal ini bisa tercapai dengan kerja sama yang baik antara semua tingkatan pemerintah.
Referensi
[1] https://edunews.id/literasi/opini/kontroversi-teman-bus-trans-mamminasata/
[2] https://www.sonora.id/read/422152013/terus-merugi-bus-rapid-transit-mamminasata-berhenti-beroperasi
[3] https://hermananis.com/jalur-trans-mamminasata-rute-bus-dan-jadwal/
[4] https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7127097/rugi-besar-teman-bus-mamminasata-disubsidi-rp-80-m-pendapatan-cuma-rp-3-6-m
[5] https://sulsel.idntimes.com/news/indonesia/ashrawi-muin/kondisi-halte-bus-brt-di-makassar-tak-terurus-memprihatinkan
[6] Nurcahyadi, R. (2017). Pengaruh Keberadaan BRT (Buss Rapid Transit) terhadap Minat Masyarakat dalam Memenuhi Kebutuhan Perjalanan di Kota Makassar [Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar].
[8] https://www.detik.com/sulsel/makassar/d-7362687/angin-segar-dari-kemenhub-untuk-operasional-teman-bus-rute-makassar-gowa/2